DIOKSIN (judul lengkap tidak tercantum)
Drs. Ruhenda
dosen pns dpk UIKA Bogor
sedang dalam pendidikan S3 di Universitas Negeri Jakarta (IKIP Jakarta)

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam teori Abraham Maslow tentang kebutuhan manusia digambarkan, bahwa kebutuhan akan makan adalah merupakan salah satu kebutuhan primer, alias kebutuhan dasar atau sering disebut basic need. Walaupun belakangan berkembang bahwa makanan itu ada yang sifatnya pokok, dan ada pula yang sifatnya tambahan. Makanan pokok dan makanan tambahan biasanya bervariasi, karena sangat tergantung dari kebiasaan daerah masing-masing, disamping tergantung kepada kebiasaan masing-masing individu.

Berkaitan dengan makanan tersebut, belakangan ini masyarakat kita dikejutkan oleh berbagai berita dan informasi tentang "Dioksin". Kata dioksin menjadi suatu kosa kata yang melekat dalam kesadaran sebagian masyarakat kita. Kata ini pula yang belakangan ini menyelip diantara hiruk pikuk berita Pemilu yang tidak kunjung usai, melayang diantara lagu-lagu berirama cinta di radio dan Televisi, berseliweran dalam mailing list internet, menjadi bahan pembicaraan anggota masyarakat diberbagai kota, menjadi bahan pembicaraan di warung-warung kopi, bahkan menjadi bahan pembicaraan yang cukup serius kaum ibu di kendaraan-kendaraan angkutan kota.

Dioksin menjadi suatu histeria baru. Padahal sumbernya berada nun jauh disana di benua Eropa, berpangkal pada hasil penemuan tercemarnya ternak, produk ternak, dan bahan makanan oleh racun nomor satu ini.

Masyarakat Eropa gelisah, pasalnya karena negara yang dianggap berdosa dengan racun ini baru mau buka mulut akhir Mei lalu. Padahal berbagai jenis makanan dengan bahan-bahan yang berasal dari negeri kecil "Belgia" ini terus diproduksi secara masal.

Setelah pemerintah Belgia buka mulut, selanjutnya Perdana Menteri "Dehaene" (yang belakangan mengundurkan diri mungkin karena masalah ini) meyakinkan pada dunia "bahwa tidak semua produk dan makanan Belgia terkontaminasi oleh racun "Dioksin".

Akan tetapi kecemasan masyarakat dunia terlanjur tersebar hampir di berbagai negara. Sebut saja negara adidaya seperti Amerika Serikat, negara-negara di kawasan Eropa, dan negara-negara di kawasan Asia seperti : Cina, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Korea Selatan dan tentu Indonesia.

Pemerintah Indonesia sendiri walaupun dianggap terlambat, telah melakukan tindakan nyata terhadap penyebaran dioksin ini. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan terhitung tanggal 17 Juni 1999 adalah melarang peredaran 24 jenis produk makanan yang di duga mengandung dioksin.

Bisa jadi masyarakat semakin cemas terhadap dioksin, karena dioksin ternyata ada disekitar kita, dia bisa berasal dari pembakarn yang mengahasilkan senayawa chlorin. Kecemasan masyarakat lebih meningkat setelah diketahui bahwa produk daging, susu, telur, dan makanan olahan lainnya mengandung bahan beracun ini. Dan lebih mencemaskan lagi, karena konon dioksin ini dapat menyebabkan kanker, gangguan hormonal, dan sebagainya.

Salah satu diantara yang menarik dari penyebab dioksin adalah bahan makanan produk impor, yang tidak diketahui secara pasti bagaimana cara memproduksinya, serta bahan bahan apa yang dipergunakannya. Sementara itu jika ditinjau dari sudut kesehatan, fungsi makanan bukan saja sekedar mengenyangkan, akan tetapi harus memenuhi kadar gizi, dan tentu terbebas dari penyakit (termasuk racun). Dan bagi konsumen muslim lebih dari itu karena harus terjamin tingkat "Kehalalannya" menurut hukum.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah mampu menggeser gaya hidup manusia, termasuk dalam hal makanan. Walaupun ternyata terbukti bahwa makanan yang sifatnya alami lebih baik bagi kesehatan, dibandingkan dengan makanan produk suatu industri apalagi makanan-makanan impor.

B. Masalah

Pada dasarnya manusia sakit karena dua hal, yaitu :

1. Karena memang ada bibit penyakit/kuman/virus, yang biasanya dibunuh dengan racun (obat) oleh dokter.

2. Gaya hidup yang salah, diantaranya memakan makanan karena dianggap sesuatu yang modern (seperti Hot Dog, Dunkin Donat dan sebagainya).

Gaya hidup yang salah, yang pada dasarnya merupakan pergeseran budaya ini justru belakangan ini membentuk suatu budaya baru bagi masyarakat kita. Lihat saja bagaimana anak-anak kita menyukai makanan yang berasal dari luar (dari Amerika atau Eropa), padahal bisa jadi di negera asalnya sudah menjadi "Junk Food" (makanan sampah).

Atas dasar hal tersebut di atas, maka dalam tulisan ini penulis ingin mengangkat permasalahan "Bagaimana menghindarkan dioksin dalam makanan"?

A N A L I S I S

A. Sumber Dioksin

Pada tahun 1983, EPA (Badan Perlindungan Lingkungan Amerika) membersihkan kota dengan biaya yang cukup besar yaitu mencapai 36,7 juta dolar AS dan memindahkan 2.200 penduduk. Setelah diperiksa, sekitar 26 orang diketahui positif terkontaminasi dioksin, dan 75 orang diduga terkontaminasi. Disamping itu pencemaran dioksin juga ditemukan pada beberapa sungai di Michigan, pada beberapa ikan di great lakes, dan pada rumah-rumah yang terkena banjir di dekat love Canal di Niagara.

Kini kasus pencemaran dioksin merebak dalam bentuk lain. Susu dan seperti Cokelat, keju, daging ayam, telur serta produk hewan lain yang berasal dari Belgia tercemar dioksin.

Dari berbagai sumber yang ada konon pencemaran ini berasal dari kontaminasi sejumlah besar dioksin pada makanan ternak yang didistribusikan ke ratusan peternakan di Belgia, Belanda, dan Perancis. Dari hasil pengkajian di duga bahwa pencemaran ini berasal dari lemak untuk membuat makanan ternak yang disimpan pada kontainer yang terkontaminasi dioksin.

Dioksin merupakan senyawa organik yang mengandung karbon, hidrogen, dan chlorin. Didalamnya terdapat 75 senyawa, tetapi yang paling beracun adalah TCDD (Tetrachlorodibenzo-p dioxin). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TCDD termasuk karsinogenik kelas satu (paling berbahaya dan beracun). Bahkan beberapa binatang sangat sensitif terhadap racun TCDD ini.

Dioksin adalah produk sampingan yang tidak terhindarkan dalam berbagai proses berbeda, termasuk pembuatan bahan kimia, pembakaran sampah-sampah (terutama kantong-kantong plastik), pengilangan logam-logam tertentu, pembakaran bensin yang mengandung timbel dalam otomobil, dan pembuatan produk-produk kertas.

Dioksin juga dihasilkan dalam pembuatan herbisida tertentu seperti 2,4,5-T. Dioksin terbentuk secara tidak sengaja dalam proses-proses industri yang menggunakan klorin, salah satu contoh penting adalah pemutihan kertas. Dioksinpun dapat terbentuk jika sampah organik yang mengandung klorin dibakar.

B. Dampak Dioksin Bagi Manusia dan Lingkungan

Berdasarkan pengamatan para ahli, dioksin melalui satu dari dua cara, yaitu:

1. Melalui proses industri yang melibatkan klorin dan bromin.

2. Melalui pembakaran materi organik yang juga menyertakan klorin.

Baik salah satu cara atau kedua-duanya terjadi sekaligus, tentu akan memiliki dampak bagi manusia dan lingkungannya. Dioksin bukan zat yang mudah terurai di alam. Sebagai akibatnya, dioksin terdapat di tanah, air, dan permukaan tumbuhan. Dari sini kemudian dioksin memasuki rantai makanan dan mencemari ikan, daging, dan produk-produk hewani. Bahkan lebih dari 90% paparan dioksin yang dialami manusia bersumber dari makanan yang berasal dari hewan.

Efek dioksin bagi manusia sangat beragam. Mulai dari gangguan kulit, kerusakan pada sistem reproduksi, gangguan hormonal, dan sistem kekebalan, dan patut dicurigai bahwa dioksinpun dapat menyebabkan diabetes, kanker darah, hati dan kanker empedu. Karena dioksin tidak hanya terdapat dalam makanan, maka dioksin dapat terakumulasi pada tubuh manusia melalui cara lain. Diantara mereka yang mungkin dapat terpapar dioksin adalah mereka yang bekerja di ruang pembakaran, pekerja yang memproduksi dan pemakai pestisida (seperti para petani), pekerja pada pengolahan kayu, pemadam kebakaran, dan pekerja yang menangani limbah industri.

Paparan di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa ternyata dioksin bukan hanya berbahaya bagi manusia secara individual, akan tetapi juga berbahaya secara sosial.

Sementara itu di sisi lain, dioksin terus tersebar dalam lingkungan kehidupan manusia. Penyebaran itu terjadi melalui tumbuh-tumbuhan, air, makanan, ikan, binatang ternak, lingkungan kerja dan sebagainya.

C. Menyikapi Dioksin Melalui Makanan

Sebagaimana di maklumi bahwa racun melalui makanan akan jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan cara lain. Hal ini dapat dipahami, karena dengan melalui makanan maka makanan akan langsung masuk ke jaringan organ tubuh, dan dapat langsung dirasakan akibatnya. Begitupun dengan bahaya dioksin yang terdapat dalam makanan, akan langsung memasuki jaringan organ tubuh manusia jika makanan yang mengandung dioksin tersebut dimakan.

Kadar bahaya dioksin yang terdapat dalam makanan/minuman kini banyak diketahui oleh berbagai kalangan, akan tetapi ada tidaknya dioksin dalam makanan sukar untuk di deteksi. Pada makanan tersebut tidak tercium bau yang mencurigakan, tidak pula terjadi perubahan warna pada makanan tersebut. Bahkan alat untuk menguji makanan yang berbahaya inipun konon belum dimiliki Indonesia, bahkan di Asia Tengara.

Menyikapi kondisi seperti ini, maka sangat mendesak adanya jaringan informasi yang memadai yang dapat langsung memberi sinyal bahaya suatu produk yang telah tercemar. Karena bisa jadi suatu pencemaran terjadi di negara tertentu (seperti kasus Belgia), sementara yang menjadi korban adalah masyarakat di negara lain. Selanjutnya perlu ada jaringan keamanan suatu produk yang sifatnya internasional secara adil. Karena kita tentu tidak menghendaki negara-negara dunia ketiga yang menjadi korban, karena hanya menjadi buangan produk dari negara-negara maju, walaupun dengan berbagai alasan atau mungkin juga jaminan.

Bukti negara-negara ketiga menjadi korban karena melakukan impor dari negara lain, dapat dilihat bagaimana tatkala Ditjen POM mengumumkan 24 jenis produk yang tercemar/atau paling tidak perlu pengamanan untuk selanjutnya. Seperti yang dilakukan tanggal 18 Juni 1999, di berbagai media masa seperti berikut ini :
 
DAFTAR A : PRODUK DAGING, SUSU, TELUR DAN HASIL OLAHANNYA YANG DILARANG
No.
Nama Dagang
Jenis Produk
Negara Asal
1.
Elle & Vire Skim Milk UHT rasa vanila Belgia/Perancis
2.
Elle & Vire Skim Milk UHT rasa strawberry Belgia/Perancis
3.
Elle & Vire Skim Milk UHT rasa coklat Belgia/Perancis
4.
Magnum Ice Cream Belgia
DAFTAR B : PRODUK DAGING, SUSU, TELUR DAN HASIL OLAHAN YANG DIAMANKAN SEMENTARA
No.
Nama Dagang
Jenis Produk
Negara Asal
1.
Campina Dutch Breda Butter Belanda
2.
De Hollanche Boerin Keju Belanda
3.
Pragestimil Susu Bubuk Belanda
4.
Breda Mentega Belanda
5.
Pere de Du Tomato Daging Ayam Olahan Perancis
6.
Pere de Fillet Cordon Daging Ayam Olahan Perancis
7.
Pere de Nugets Daging Ayam Olahan Perancis
8.
Pere de Drum Sticks Daging Ayam Olahan Perancis
9.
Maya Brand Corned Beef Perancis
10.
ABC Corned Beef Corned Beef Perancis
11.
President Emmental ex France Keju Perancis
12.
President Crème Liquide UHT Perancis
13.
President Butter Perancis
14.
President Butter salted batangan Perancis
15.
President Butter unsalted Perancis
16.
Elle & Vire Skimmed Milk Perancis
17.
Elle & Vire French Butter Perancis
18.
Elle & Vire Spredable butter Perancis
19.
Elle & Vire French Butter Perancis
20.
Elle & Vire Cheese spread Perancis
21.
Elle & Vire Cheese Perancis
22.
Suny Boy Full Cream Milk Powder Perancis
23.
Suny Boy Susu UHT Perancis
24.
Plumrose Chicken Hot Dog Jerman

Dari daftar tersebut di atas, kita patut curiga karena bisa jadi susu, keju, es cream dan sejenisnya yang biasa kita makan sehari-hari sudah tercemar racun yang membahayakan itu. Apalagi dengan gaya hidup sebagian dari anngota masyarakat kita khususnya anak-anak dan remaja yang sangat menyukai makanan tersebut.

Selain makanan seperti daftar di atas, diam-diam banyak bahan makanan yang potensial bersufat korsinogenik yang selama ini kita konsumsi, sifat tersebut ada yang memang alami (naturally occuring), dan ada pula yang muncul dalam proses pengolahan, pengasapan, pemanggangan, atau pengasinan. Bahkan bisa jadi memasak dengan cara menggoreng dengan menggunakan minyak yang berulang-ulang, menurut para ahli gizi, potensial untuk memicu tumbuhnya kanker.

Kondisi seperti ini menuntut kepada kita untuk bersikap ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi makanan, dan yang lebih baik tentunya kita kembali kepada makanan-makanan yang sifatnya alami, yakni makanan yang kita olah dan produk sendiri baik itu tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, makanan pokok, maupun daging dan ikan.

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Dioksin adalah salah satu zat kimia paling beracun yang merupakan produk samping dari proses produksi berbagai produk, seperti : herbisida, bakterisida, pulp, dan pengawet kayu. Disamping itu dioksin juga dihasilkan dalam proses pembakaran sampah terutama plastik PVC.

2. Dioksin yang dianggap paling beracun adalah jenis dioksin 2,3,7,8 tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD),, sementara toksitas dioksin-dioksin lainnya, yakni furan dan PCB diukur dengan membandingkan dengan TCDD.

3. Dioksin termasuk jenis bahan kimia yang sangat membahayakan bagi pertumbuhan ikan, hewan ternak, dan juga bagi manusia. Disamping mampu bertahan lama di alam.

4. Sementara ini ada kecenderungan negara-negara dunia ketiga menjadi korban buangan produk-produk negara maju, disisi lain belum terjalin kerja sama secara internasional dalam mengontrol produk-produk makanan.

5. Gaya hidup yang salah dari sebagian anggota masyarakat kita, setidaknya mendorong untuk mengkonsumsi makanan yang belum jelas keamanannya, terutama dalam pandangan ilmu kesehatan.

6. Dengan tersebarnya racun dioksin yang ternyata cukup membahayakan, menuntut kepada kita untuk merubah gaya hidup kita yang salah. Dan kembali kepada makanan-makanan yang lebih bersifat alami.

B. Saran-Saran

Untuk mencari jalan keluar (solusi) dari berbagai persoalan seperti pada kesimpulan di atas, penulis mencoba menyampaikan beberapa sara berikut : 1. Untuk menghindari korban buangan produk beracun dari negara tertentu, maka seharusnya dibentuk jaringan internasional (kesepakatan internasional) secara adil, sehingga bisa saling membantu dalam mengontrol suatu produk makanan di berbagai negara.

2. Di dalam negeri sendiri perlu ditingkatkan koordinasi berbagai Departemen yang terkait dengan suatu produk makanan, seperti Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen Pertanian, Departemen Agama.

3. Perlu digalakan dalam kehidupan masyarakat bahwa cara yang paling bijak dalam menentukan dan memilih makanan adalah yang diperlukan oleh tubuh, dengan jumlah yang dibatasi namun memenuhi aturan peningkatan gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Histeria Dioksin, Harian Republika, 19 Juni 1999

Harian Merdeka, 18 Juni 1999
Prof.DR. Sumargono Hadisumarto, Kuliah Psikologi Kependudukan Tanggal 3 Maret 1999
Ilyani Andang, Bahaya Pencemaran Dioksin Dalam Rantai Makanan, Info Aktual "Swara" 24 Juni 1999.
Menyikapi Dioksin, Harian Republika, 20 Juni 1999
Bernadette West, Peter M. Saudman, Michael R. Greenberg, Panduan Pemberitaan Lingkungan Hidup, Yayasan Obor Indonesia, 1998.