ABSTRAK
Salah satu kendala dalam meningkatkan pendapatan
petani adalah posisi tawar petani yang lemah dibandingkan dengan pedagang/
tengkulak. Keadaan ini disebabkan karena struktur pasar di tingkat
petani adalah monopsonistik. Dari hasil analisis secara teoritis
melalui perangkat ekonomi mikro, alternatif terbaik adalah menciptakan
pesaing bagi pedagang/tengkulak sehingga tercipta struktur pasar persaingan
murni.
Pendahuluan
Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah,
hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan
para petani. Lemahnya posisi tawar petani disebabkan karena umumnya
struktur pasar di tingkat petani adalah monopsonistik. Pada struktur
tersebut beberapa gelintir pedagang/tengkulak yang menguasai akses pasar,
informasi pasar, dan permodalan yang cukup memadai berhadapan dengan banyak
petani yang kurang memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan
yang kurang memadai.
Tulisan ini ingin menyumbangkan pemikiran untuk
memecahkan masalah rendahnya posisi tawar petani. Sumbangan pemikiran
ini dilandasi dari teori ekonomi mikro yang diterapkan dalam upaya untuk
meningkatkan posisi tawar petani. Dalam tulisan ini akan diuraikan
secara teoritis dengan memakai asumsi-asumsi ekonomi seperti yaitu setiap
individu atau lembaga bersifat rasional dan profit oriented.
Untuk mengaanalisis hal ini perlu suatu penyederhanaan
dan asumsi-asumsi. Hal itu dilakukan agar analisis ini mudah dimengerti.
Analisis Struktur Monopsoni di Tingkat Petani
Misalkan di tingkat petani terdapat pedagang yang
melakukan transaksi dengan petani dalam struktur monopsoni. Dalam struktur
ini diasumsikan pedagang mempunyai kekuasaan penuh terhadap komoditi yang
dijual petani, tetapi pedagang berada pada struktur pasar persaingan murni
pada transaksi dengan pasar komoditi pertanian secara agregat (pedagang
tak dapat mempengaruhi pasar komoditi pertanian secara agregat, tapi hanya
menguasai transaksi di tingkat petani). Selain itu untuk memudahkan analisis,
diasumsikan tidak terdapat biaya pemasaran dan pengolahan sehingga harga
di pedagang sama dengan harga di pasar sentra pro-dusen. Dengan demikian
dari penyeder-hanaan tersebut maka dapat digambarkan seperti pada Gambar
1
Gambar 1. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar komoditi pertanian pada Pasar "Monopsoni"
Keterangan :
SS = Kurva penawaran di pasar komoditi
pertanian
DD = Kurva permintaan di
pasar komoditi pertanian
D'D' = Kurva permintaan di pasar komoditi
pertanian
setelah berubah
Pps = Harga komoditi pertanian
di pasar komoditi pertanian
P'ps = Harga komoditi pertanian di
pasar komoditi pertanian
setelah perubahan permintaan
Qps = Jumlah yang di perjual-belikan
di
pasar sentra produsen
Q'ps = Jumlah komoditi pertanian yang di
perjual-belikan di pasar komoditi pertanian setelah perubahan permintaan
Ppp = Harga komoditi pertanian di tingkat
pedagang
P'pp = Harga komoditi pertanian di tingkat
pedagang setelah perubahan permintaan
Qpp = Kuantitas komoditi pertanian
yang dijual pedagang
Q'pp = Kuantitas komoditi pertanian yang
dijual pedagang setelah perubahan permintaan
Ppt = Harga komoditi pertanian di tingkat
petani
P'pt = Harga komoditi pertanian di tingkat petani
Qpt = Kuantitas komod-iti pertanian
yang dijual petani
Q'pt = Kuantitas komod-iti pertanian yang
dijual petani setelah perubahan permintaan
MCpt = Biaya marjinal usahatani milik petani
ACpt = Biaya rata-rata usahatani milik petani
MCpp = Biaya marjinal usaha pedagang
ACpp = Biaya rata-rata usaha pedagang
Pada struktur pasar monopsoni di tingkat petani,
pedagang adalah pe-nentu harga. Pada struktur monopsoni pedagang
akan menetapkan harga sama dengan biaya rata-rata usahatani. Penetapan
harga tersebut lebih rendah dari pada harga di pasar komoditi pertanian.
Akibatnya Ppt lebih rendah daripada Pps wa-laupun tidak ada biaya pemasaran
maupun pengolahan. Perbedaan harga ini disebut sebagai eksploitasi
"monop-soni", di mana pedagang mendapat "rent seeking" atau ke-un-tungan
karena "monopsoni". Keadaan ini jelas akan me-rugikan petani dan
akan menurunkan pendapatan pe-ta-ni. Apabila harga di pasar komoditi pertanian
meningkat dari Pps menjadi P'ps, kenaikan harga di tingkat pe-tani
hanya meningkat dari Ppt menjadi P'pt. Hal itu disebab-kan dalam
pasar "monopsoni", pedagang adalah penentu harga, sehingga harga di tingkat
petani lebih dipenga-ruhi oleh penetapan harga peda-gang dibandingkan dengan
harga pasar. Dengan demikian walaupun terjadi kenaikan harga di pasar
komoditi pertanian, kenaikan harga tersebut lebih terserap kepada keuntungan
pedagang dibandingkan dengan penyerapan untuk kenaikan pendapatan petani.
Alternatif yang telah banyak dikemukakan oleh para
analis ekonomi pertanian untuk perbaikan posisi tawar petani dari kondisi
monopsoni tersebut umumnya adalah (1) Menggantikan peran pedagang dengan
lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa, (2) Para petani membentuk Koperasi
Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani.
Dari kedua alternatif tersebut, penulis menambahkan satu alternatif yaitu
Koperasi Unit Desa menjadi pesaing tengkulak agar strutur monopsoni di
tingkat petani berubah menjadi struktur persaingan murni.
Analisis Teoritis
Alternatif pertama adalah Menggantikan peran pedagang
dengan lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa. Alternatif tersebut
akan berjalan baik apabila KUD tersebut lebih mementingkan misi peningkatan
pendapatan para petani dibanding dengan misi profit oriented. Tetapi
manakala KUD tergoda untuk lebih mementingkan profit oriented dibandingkan
dengan misi untuk meningkatkan pendapatan para petani maka para petani
akan tetap berada pada kondisi monopsoni.
Alternatif yang kedua adalah para petani membentuk
Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi
tawar petani. Alternatif tersebut akan menciptakan struktur pasar bilateral
monopoli. Keadaan struktur bilateral monopoli digambarkan pada Gambar
2.
Dari Gambar 2, penetapan harga di tingkat petani
terjadi dua penetapan, yaitu Ppt dan Ppt1. Pedagang dengan kedudukan
monopsoni menetapkan harga Ppt, sedangkan kelompok tani dengan kedudukan
monopoli menetapkan harga Ppt1.
Berdasarkan acuan teori ekonomi mikro, struktur
bilateral monopoli tidak akan tercapai penetapan harga yang ekulibrium.
Dengan tidak tercapainya penetapan harga yang ekulibrium, maka akan terjadi
kesulitan dalam penetapan harga. Kesulitan tersebut akan meningkatkan
biaya transaksi sehingga akhirnya akan mengurangi efesiensi pasar di tingkat
petani.
Bila dua alternatif tersebut secara teoritis kurang
baik dalam upaya peningkatan posisi tawar petani, maka alternatif lain
adalah membuat struktur pasar di tingkat petani menjadi struktur pasar
persaingan murni. Hal itu dilaksanakan dengan mengurangi kekuasaan monopsoni
pedagang/tengkulak. Pengurangan kekuasaan monopsoni dilakukan dengan
menyertakan KUD sebagai pesaing tengkulak. Dengan menyertakan KUD sebagai
pesaing maka struktur pasar ditingkat petani akan berubah dari struktur
pasar monopsonistik menjadi persaingan murni. Struktur pasar
persaingan murni di tingkat petani dapat digambarkan pada Gambar 3.
Pada Gambar 3, pasar "persaingan murni", kurva permin-taan
komoditi pertanian untuk pedagang dan petani adalah datar karena para petani
dan pedagang adalah pe-nerima harga. Akibatnya bila ada kenaikan
harga di pasar maka para petani dan pedagang sebagai penerima har-ga akan
mengikuti harga di pa-sar komoditi pertanian.
Pada Gambar 3, dimisalkan kurva permintaan me-ning-kat
dari D ke D' sehingga harga di pasar komoditi p-ertanian meningkat dari
Pps menjadi P'ps. Dalam pasar "persaingan murni", baik petani maupun pedagang
adalah pe-nerima harga, maka kenaikan harga di pasar komoditi p-ertanian
diikuti secara proporsional di ting-kat petani dan pedagang. Dengan
kenaikan harga yang proporsional tersebut maka kenaikan harga hasil pertanian
akan terserap pada kenaikan pendapatan di tingkat petani, bukan pada keuntungan
pedagang/tengkulak.
Penutup
Dari hasil analisis secara teoritis yang telah
diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa alternatif ketiga lebih baik
dari dua alternatif kesatu dan kedua. Dengan demikian untuk meningkatkan
posisi tawar petani perlu dibuat suatu struktur pasar yang bersaing murni
dengan mengurangi kekuatan monopsoni tengkulak melalui pembentukan lembaga
pemasaran saingan yaitu KUD.
Pustaka
Branson, Robert E. & Douglas G. Norvell (1983),
Introduction to Agricultural Marketing, McGraw-Hill Book
Company, New York, USA.
Da Costa, G.C (1980) Production Prices and Distribution
Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi,
India.
Dahl, Dale C and Jerome W. Hammond. (1977).
Market
and Price Analysis of The Agricultural industries. McGraw-Hill
Company. New York. USA.
Hirsshleifer, Jack. (1985). Teori Harga dan
Penerapannya (Price Theory and Application). Edisi
III. Terj. Kusnedi. Penerbit Erlangga Jakarta.
Kohls, Richard L and Joseph Uhl. (1972)
Marketing of
Agricultural Products . Fith Edition. Macmillan Publishing
Co. Inc. New York. USA.